a.
Yesus
Ditangkap (Mat 26:47-56, Mrk 14:43-52, Luk 22:47-53)
Peristiwa penangkapan
Yesus dalam Injil Matius, Markus dan Lukas, kiranya dapat dibagi dalam tiga
bagian besar, yaitu :
1) Perencanaan
dan eksekusi rencana penangkapan
Matius
dan Markus rupanya sepakat untuk memulai kisah penangkapan Yesus dengan
menggambarkan rencana Yudas untuk
menyerahkan Yesus kepada para imam kepala dan tua-tua Yahudi.[1]
Rencana yang dimaksud berisikan tentang dibawanya beberapa senjata (pedang dan pentung) oleh serombongan besar orang-orang
suruhan para imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi (Bdk. Mat 26:47, Mrk 14:43)juga
tindakan menandai Yesus sebagai orang yang harus mereka tangkap. Tanda yang
Yudas gunakan adalah tanda yang digunakan oleh seorang murid untuk menyalami
gurunya, yaitu : memeluk, mencium dan memberi salam “Rabi”.[2] Berbeda
dengan Matius dan Markus, Lukas tidak menggambarkan senjata yang dibawa untuk
menangkap Yesus. Ia justru hanya menyebut tanda yang Yudas gunakan untuk
menandai Yesus sebagai orang yang hendak ditangkap (Luk 22:48). Hal yang
menjadi pertanyaan disini, adalah alasan Yudas dalam menentukan sebuah tindakan
untuk menandai Yesus sebagai orang yang harus ditangkap. Bila ditilik ke
belakang, dapatlah dimengerti bahwa alasan Yudas melakukan hal itu adalah untuk
menghindari terjadinya kekacauan mengingat saat itu Yerusalem sedang dipadati
oleh para peziarah yang datang ke Yerusalem guna merayakan paskah yang jatuh
pada hari itu (Bdk. Mat 26:17, Mrk 14:12, Luk 22:7) mengingat Yesus oleh banyak
orang dipandang sebagai Rabi yang amat disegani karena kewibawaannya (Bdk. Mat
21:8-11).
Usai
merencanakan itu semua, Yudas berangkat bersama dengan rombongan besar
orang-orang suruhan para imam kepala dan ahli taurat untuk menangkap Yesus di
taman Getsemani. Mereka tiba saat Yesus sementara Yesus membangunkan para murid
yang sementara tidur mengingat “Dia yang menyerahkan Yesus sudah dekat.”
Dalam
proses penangkapan, dikisahkan dalam Matius, Markus dan Lukas hal yang sama,
yaitu bahwa Yudas menandai Yesus dengan memeluk, mencium dan memberi salam.
Namun sebuah hal menarik dari peristiwa itu, adalah respon yang diberikan Yesus
atas tindakan Yudas. Respon tersebut hanya ditampilkan oleh Matius dan Lukas.
Respon yang dimaksud yaitu jawaban dari Yesus kepada Yudas saat membalas salam
Yudas. Jawaban tersebut dikisahkan secara berbeda oleh Matius dan Lukas.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam : “Hai teman, untuk itukah engkau datang
?” (Mat 26:50) dan “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman ?”
(Luk 22:48).
2) Terpotongnya telinga hamba imam besar dan tanggapan Yesus
atas peristiwa itu.
Saat
proses eksekusi rencana penangkapan dilakukan; tepatnya ketika Yesus hendak
dibawa pergi oleh Yudas dan para suruhan imam besar, Matius, Markus dan Lukas
menggambarkan adanya sebuah perlawanan yang dilakukan oleh seorang dari
kelompok mereka yang menyertai Yesus. Wujud nyata perlawanan itu adalah
terpotongnya telinga hamba imam besar hingga putus. Perihal perlawanan
tersebut, Matius dan Markus tidak menampilkan komunikasi yang berisikan
kehendak untuk melawan dari mereka yang menyertai Yesus. Hal tersebut oleh
Matius dan Markus digambarkan sebagai sebuah tindakan spontan. Sedangkan Lukas
berbeda. Ia menunjukkan bahwa tindakan melawan penangkapan atas Yesus terjadi
lewat sebuah komunikasi yang ditujukan kepada Yesus dan bukan sebuah hal
spontan. “Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang ?” (Luk 22:49)
menunjukkan bahwa perlawanan bukanlah sebuah tindakan spontan dari seorang
murid saja, tetapi merupakan perwujudan aspirasi untuk melawan dari para murid.
(Bdk. Luk 22:49-50). Tindakan itu ditanggapi Yesus dengan menyuruh muridnya
untuk segera menyarungkan pedangnya dan Yesus langsung menyembuhkan telinga
hamba imam besar yang terpotong itu. Yesus memahami perasaan para murid yang
terluka karena penangkapan Yesus dan Ia juga bisa saja mengelak dari semua itu
dengan kuasa yang Ia miliki. (Bdk. Mat 26:54) Namun, bagaimanapun itulah jalan
yang harus Ia tempuh untuk pemenuhan atas kehendak Bapa sebagaimana yang
tertulis dalam Kitab Suci. (Bdk. Mat 26:54). Selain itu, bukan hanya kepada
para murid Yesus berbicara, tapi juga kepada mereka yang datang menangkapnya.
Ia menegaskan bahwa pedang dan pentung tak dibutuhkan untuk menangkapNya karena
Ia bukan penyamun yang akan mengelak dengan kekerasan juga semua itu adalah
penggenapan Yesus atas Sabda Allah. Perbedaan lain dari kisah ini juga terdapat
di bagian akhir dari kisah penangkapan dimana setiap penginjil memberi sebuah
sentuhan akhir yang berbeda. Matius mengakhiri kisah penangkapan dengan memberi
keterangan dimana para murid lari meninggalkan Yesus (Mat 26:56). Markus
menampilkan hal serupa dengan Matius, tapi ia juga menambahkan keterangan
seorang murid yang lari telanjang karena saat itu ia hanya mengenakan kain
lenan dan kain itu ia lepaskan saat ia hendak ditangkap (Mrk 14:51). Sedangkan
Lukas tidak menampilkan peristiwa larinya para murid, melainkan sebuah
penafsiran bahwa penangkapan Yesus terjadi karena kuasa setan (Luk 22:53).
b.
Yesus
Wafat (Mat 27:45-61, Mrk 15:33-41, Luk 23:44-49)
Perihal gambaran
situasi alam saat menjelang wafat Yesus hingga wafatnya, Matius, Markus dan
Lukas menggambarkannya dengan deskripsi yang sama, yaitu : adanya kegelapan
yang meliputi seluruh daerah itu dari jam dua belas hingga jam tiga. Namun
perbedaan mulai nampak pada bagian detik-detik akhir wafat Yesus. Dalam bagian
ini, Matius dan Markus dengan cara yang sama, yaitu menampilkan Yesus sebagai
hamba Yahwe yang menderita (Mzm 22:2).[3]
Saat itu Yesus merasa sungguh ditinggalkan oleh BapaNya. Namun hal itu ditanggapi
oleh mereka yang berada disitu bahwa Yesus sedang memanggil Elia. Mereka pun
mencelupkan bunga karang dalam anggur asam dan memberikannya kepada Yesus untuk
diminum. Tak lama sesudah itu, Yesus pun berseru kepada Bapa dan wafat. Hal
tersebut digambarkan secara berbeda oleh Lukas. Penggambaran saat-saat akhir
hidup Yesus oleh Lukas dengan hanya menampilkan bagian yang tidak diterangkan
dalam injil Matius dan Markus. Bagian yang dimaksud, adalah seruan akhir dari
Yesus sebelum Ia wafat. Lukas memberi keterangan lengkap bahwa isi seruan
tersebut, adalah “Ya Bapa, ke dala tangan-Mu Kuserahkan nyawaKu” (Luk 23:46).
Perbedaan lain juga mengenai waktu terbelahnya tabir bait suci menjadi dua.
Mengenai hal itu, Matius dan Markus sepakat bahwa tabir bait suci terbelah usai
Yesus menghembuskan nafas terakhirnya (Bdk. Mat 27:51 & Mrk15:38).
Sedangkan Lukas menggambarkan bahwa peristiwa terbelahnya tabir bait suci
terjadi sebelum Yesus menghembuskan nafas terakhirnya, yaitu sebelum Yesus
menyerahkan nyawaNya ke dalam tangan Bapa (Luk 24:45).
Beberapa keterangan
tambahan (Mat 27:51-56). Dalam bagian ini Matius melukiskan beberapa peristiwa
alam yang terjadi saat Yesus wafat serta beberapa interpretasi atas semua itu
dengan merujuk pada tanda-tanda kedatangan Kerajaan Allah.[4] Di
akhir kisah ini para penginjil sepakat bahwa wafat Yesus membawa pertobatan
bagi orang bukan Yahudi. Namun perbedaannya adalah bahwa Matius menerangkanyang
menyaksikan wafat Yesus dari jauh adalah ibu Yesus juga para wanita lain (Mat
27:54-56). Ia tidak menerangkan siapakah para wanita lain itu. Sedangkan Markus
dan Lukas menerangkan bahwa para wanita lain itu, adalah mereka yang mengikuti
dan melayani Yesus saat Ia masih di Galilea (Lih. Mrk 15:41 & Luk 23:49)
c.
Yesus
Bangkit (Mat 28:1-10, Mrk 16:1-8, Luk 24:1-12)
Kebangkitan Yesus terjadi pada hari
minggu pagi dan hal itu disepakati oleh Matius, Markus dan Lukas. Namun perihal
kisah kebangkitan, Matius memulainya dengan mengisahkan peristiwa bangkitnya
Yesus sebelum Maria Magdalenda dan Maria yang lain datang. Saat itu terjadi
gempa bumi hebat karena seorang Malaikat Tuhan turun dari Surga dan menggulingkan
batu penutup makam (Mat 28:1-4). Markus memulainya dengan menjelaskan
perjalanan Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus (yang disebut Matius sebagai
Maria yang lainnya) dan Salome ke makam Yesus untuk meminyaki jenazah Yesus
sesuai tradisi Yahudi (Mrk 16:1-2). Sedangkan Lukas hanya menjelaskan tujuan
perjalanan para wanita itu (yang disebutnya secara umum dengan kata : Mereka)
ke makam.
Matius menggambarkan
bahwa kebangkitan Yesus mereka ketahui lewat perkataan yang disampaikan oleh
malaikat yang menampakkan diri kepada mereka di makam. Hal itu menyebabkan peristiwa
kebangkitan pertama kali diketahui oleh Maria Magdalena dan Maria yang lain
dari kalangan para murid Yesus saat mereka tiba di makam Yesus dan menemukan
bahwa batu penutup kubur telah terguling. Di atas batu itu, digambarkan duduk
seorang malaikat Tuhan. Malaikat itulah yang menjelaskan kepada mereka bahwa
Yesus telah bangkit, bahkan ia juga mengajak mereka untuk melihat makam Yesus
yang telah kosong. Pertemuan itu berakhir dengan pesan malaikat kepada mereka
untuk mengatkn kepada para murid lain perihal kebangkitan Yesus dan pesan Yesus
yang menyuruh para murid berangkat ke Galilea karena Ia telah mendahului dan
menunggu mereka disana. Namun Markus menampilkan hal berbeda. Ia menjelaskan
bahwa penampakan malaikat kepada para wanita itu terjadi dalam makam juga pesan
yang tak hanya ditujukan kepada para murid secara umum tetapi malaikat menyebut
kepada Petrus secara khusus kabar kebangkitan dan pesan untuk berangkat ke
Galilea harus disampaikan (Mrk 16:4-8). Lukas juga menampilkan hal serupa
seperti Markus, sekaligus menambahkan bahwa respon para wanita adalah ketidak
percayaan; bahwa kebangkitan adalah sebuah hal yang omong kosong (Luk 24:11).
Ia juga menambahkan bahwa pesan tersebut setelah didengar oleh para murid dan
Petrus, lantas langsung membuat petrus bergegas lari ke kubur. Namun disana ia
tak menemukan apa pun selain kain kapan dalam makam yang kosong (Luk 24:56b-12)
No comments:
Post a Comment