Sunday, December 14, 2014

GEREJA SEBAGAI REPRESENTASI KERAJAAN ALLAH



“… datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
(Mat 6:10)

Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang didirikan di atas fondasi para rasul dengan Kristus sendiri sebagai kepala. Posisi Kristus sebagai kepala berarti bahwa keseluruhan hidup Gereja tidak terlepas dari rencana dan karya Allah sendiri. Lewat Gereja, Allah hadir secara nyata dalam rangkaian kisah perjalanan hidup manusia. Kesetiaan Kristus pada kehendak Bapa hingga wafatNya di kayu salib menjadikan Yesus Raja, baik di surga maupun di bumi. Dari padaNya Gereja bukan hanya bermakna sebagai sebuah perkumpulan semata, melainkan lebih dari itu Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang hidupnya bersumber pada kasih Allah.[1]
Dalam teks Kitab Suci di atas, Yesus mengajak para muridNya untuk berdoa agar mereka bias bersatu bersama dalam kasih Bapa yang menghidupkan. Kasih yang tak lekang oleh waktu juga dibatasi oleh dinding-dinding pemisah, misalnya status social, tingkat pendidikan, dll. Untuk maksud itulah Gereja hadir di tengah-tengah dunia. Dengan berpijak pada pemahaman atas teks Kitab Suci itulah, refleksi ini saya buat guna semakin memahami arti dan makna Gereja.
Isi teks Matius 6 : 10 merupakan bagian dari doa yang diajarkan Yesus kepada para rasul. Doa yang dimaksud, adalah doa Bapa Kami. Dalam penggalan doa Bapa Kami ini, Yesus mengajarkan kepada para rasul bahwa kerajaanNya adalah kepenuhan dari kehendak Allah di atas bumi.[2] Untuk itu Yesus memohon kepada Bapa agar kepenuhan dari kerajaanNya diwahyukan kepada semua ciptaan dan bahwa kesempurnaan kehendakNya yang terlaksana di surga hendaknya diperluas sampai ke bumi.[3] Kerajaan Allah direpresentasikan dalam kehadiran Gereja di tengah-tengah dunia. Dengan kata lain, Gereja adalah representasi kerajaan Allah di dunia yang mana dalamnya kehendak Allah terlaksana di atas bumi, sama seperti di Surga. Lewat Gereja kuasa Allah diejawantahkan demi terlaksananya kehendak Allah. Kehendak Allah yang dimaksud, adalah rekonsiliasi relasi antara Allah dan manusia, sehingga dari padanya manusia boleh beroleh keselamatan dan turut serta dalam perjamuan abadi di Surga.
Lantas bagaimana kehendak Allah bisa terlaksana di muka bumi ? Kehendak Allah terlaksana bila orang beriman berdoa agar "kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya" datang di antara mereka.[4] Maksudnya adalah bahwa kehendak Allah hanya bisa menjadi nyata di atas bumi, bilamana manusia senantiasa mengusahakan sikap penyerahan diri total kepada kehendak Allah. Kepasrahan diri total yang dimaksud, adalah meninggalkan segala kekhawatiran tentang misteri kehidupan yang menghantui diri.[5] Melalui sikap pasrah diri yang total kepada kehendak Allah, manusia dihantar pada sebuah kesadaran bahwa hidup yang dijalani  merupakan hidup yang berasal dari kasih Allah. Kasih itulah yang menjadikan manusia tidak pernah hidup sendiri, karena dalamnya Allah juga hidup.[6] Namun untuk sungguh mengalami kehadiran Allah dalam diri manusia, Allah menghendaki manusia untuk membiarkan dirinya dibimbing oleh Allah. Kepada manusia Allah menganugerahkan akal budi dan kehendak bebas. Anugerah tersebut dalam artian tertentu membatasi penganugerahan rahmat keselamatan dari Allah kepada manusia. Anugerah keselamatan tidak dapat dicurahkan kepada manusia, jika manusia tidak berkenan menerimanya dari Allah. Itulah mengapa sampai Yesus menekankan bahwa akan ada suka cita besar di Surga bila ada seorang pendosa yang bertobat ketimbang sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.[7]
Gereja adalah sakramen Kristus karena merupakan tanda dan sarana bagi perwujudan dan penerusan karya serta kehadiran Kristus.[8] Wujud nyata kehadiran Gereja sebagai sakramen Kristus, adalah melanjutkan karya keselamatan Allah yang telah dimulai dan terpenuhi dalam diri Kristus. Dalam ensiklik Redemptoris Missio (1990) yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus II, disebutkan bahwa tugas dan panggilan Gereja adalah menjadi tanda nyata kasih Allah bagi manusia di tengah dunia.[9] Dengan kasih itu, Gereja dipanggil untuk menghantar sebanyak mungkin orang pada persatuan bersama dengan Allah.[10] Dengan kata lain, Gereja merupakan sakramen persatuan yang dari padanya kehadiran Allah ditampakkan secara nyata, sehingga manusia boleh bersatu dengan Allah.


[1] Bdk. Edmund Woga, CSsR.  Dasar-dasar Misiologi. Jogjakarta : Kanisius. Hlm. 172
[2] The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994. Disadur dari http://id.wikipedia.org/wiki/Matius_6:10, pada tanggal 6 Oktober 2014, Pkl. 19.30 WITA
[3] Dianne Bergant, CSA. & Robert J. Karris, OFM. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru . 2012. Jogjakarta : Penerbit Kanisius. Hal. 44

[4] http://id.wikipedia.org/wiki/Matius_6:10, pada tanggal 6 Oktober 2014, Pkl. 19.30 WITA
[5] Bdk. Mat 6 : 33
[6] Bdk. Gal 2 : 20
[7] Bdk. Mat 15 : 7
[8] Kripurwana Cahyadi. Pastoral Gereja. 2009, Jogjakarta : Penerbit Kanisius. Hal. 29
[9] Bdk. Yoh 13 : 34
[10] Lih. Redemptoris Missio No. 115

No comments:

Post a Comment