“…
datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga.”
(Mat
6:10)
Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang
didirikan di atas fondasi para rasul dengan Kristus sendiri sebagai kepala.
Posisi Kristus sebagai kepala berarti bahwa keseluruhan hidup Gereja tidak
terlepas dari rencana dan karya Allah sendiri. Lewat Gereja, Allah hadir secara
nyata dalam rangkaian kisah perjalanan hidup manusia. Kesetiaan Kristus pada
kehendak Bapa hingga wafatNya di kayu salib menjadikan Yesus Raja, baik di surga
maupun di bumi. Dari padaNya Gereja bukan hanya bermakna sebagai sebuah perkumpulan
semata, melainkan lebih dari itu Gereja merupakan persekutuan umat beriman yang
hidupnya bersumber pada kasih Allah.[1]
Dalam teks Kitab Suci di atas, Yesus mengajak para
muridNya untuk berdoa agar mereka bias bersatu bersama dalam kasih Bapa yang menghidupkan.
Kasih yang tak lekang oleh waktu juga dibatasi oleh dinding-dinding pemisah,
misalnya status social, tingkat pendidikan, dll. Untuk maksud itulah Gereja
hadir di tengah-tengah dunia. Dengan berpijak pada pemahaman atas teks Kitab
Suci itulah, refleksi ini saya buat guna semakin memahami arti dan makna
Gereja.
Isi teks Matius 6 : 10
merupakan bagian dari doa yang diajarkan Yesus kepada para rasul. Doa yang
dimaksud, adalah doa Bapa Kami. Dalam penggalan doa Bapa Kami ini, Yesus
mengajarkan kepada para rasul bahwa kerajaanNya adalah kepenuhan dari kehendak
Allah di atas bumi.[2]
Untuk itu Yesus memohon kepada Bapa agar kepenuhan dari kerajaanNya diwahyukan
kepada semua ciptaan dan bahwa kesempurnaan kehendakNya yang terlaksana di surga
hendaknya diperluas sampai ke bumi.[3] Kerajaan
Allah direpresentasikan dalam kehadiran Gereja di tengah-tengah dunia. Dengan
kata lain, Gereja adalah representasi kerajaan Allah di dunia yang mana
dalamnya kehendak Allah terlaksana di atas bumi, sama seperti di Surga. Lewat
Gereja kuasa Allah diejawantahkan demi terlaksananya kehendak Allah. Kehendak
Allah yang dimaksud, adalah rekonsiliasi relasi antara Allah dan manusia,
sehingga dari padanya manusia boleh beroleh keselamatan dan turut serta dalam
perjamuan abadi di Surga.
Lantas bagaimana
kehendak Allah bisa terlaksana di muka bumi ? Kehendak Allah terlaksana bila orang beriman berdoa agar
"kerajaan-Nya dan kebenaran-Nya" datang di antara mereka.[4]
Maksudnya adalah bahwa kehendak Allah hanya bisa menjadi nyata di atas bumi,
bilamana manusia senantiasa mengusahakan sikap penyerahan diri total kepada
kehendak Allah. Kepasrahan diri total yang dimaksud, adalah meninggalkan segala
kekhawatiran tentang misteri kehidupan yang menghantui diri.[5]
Melalui sikap pasrah diri yang total kepada kehendak Allah, manusia dihantar
pada sebuah kesadaran bahwa hidup yang dijalani
merupakan hidup yang berasal dari kasih Allah. Kasih itulah yang
menjadikan manusia tidak pernah hidup sendiri, karena dalamnya Allah juga
hidup.[6]
Namun untuk sungguh mengalami kehadiran Allah dalam diri manusia, Allah
menghendaki manusia untuk membiarkan dirinya dibimbing oleh Allah. Kepada
manusia Allah menganugerahkan akal budi dan kehendak bebas. Anugerah tersebut
dalam artian tertentu membatasi penganugerahan rahmat keselamatan dari Allah
kepada manusia. Anugerah keselamatan tidak dapat dicurahkan kepada manusia,
jika manusia tidak berkenan menerimanya dari Allah. Itulah mengapa sampai Yesus
menekankan bahwa akan ada suka cita besar di Surga bila ada seorang pendosa
yang bertobat ketimbang sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak
memerlukan pertobatan.[7]
Gereja adalah sakramen
Kristus karena merupakan tanda dan sarana bagi perwujudan dan penerusan karya
serta kehadiran Kristus.[8]
Wujud nyata kehadiran Gereja sebagai sakramen Kristus, adalah melanjutkan karya
keselamatan Allah yang telah dimulai dan terpenuhi dalam diri Kristus. Dalam
ensiklik Redemptoris Missio (1990) yang dikeluarkan oleh Paus Yohanes Paulus
II, disebutkan bahwa tugas dan panggilan Gereja adalah menjadi tanda nyata
kasih Allah bagi manusia di tengah dunia.[9]
Dengan kasih itu, Gereja dipanggil untuk menghantar sebanyak mungkin orang pada
persatuan bersama dengan Allah.[10] Dengan
kata lain, Gereja merupakan sakramen persatuan yang dari padanya kehadiran
Allah ditampakkan secara nyata, sehingga manusia boleh bersatu dengan Allah.
[1] Bdk. Edmund Woga, CSsR. Dasar-dasar Misiologi. Jogjakarta :
Kanisius. Hlm. 172
[2]
The Full Life Study Bible. Life Publishers International. 1992. Teks Penuntun
edisi Bahasa Indonesia. Penerbit Gandum Mas. 1993, 1994. Disadur dari http://id.wikipedia.org/wiki/Matius_6:10,
pada tanggal 6 Oktober 2014, Pkl. 19.30 WITA
[3] Dianne Bergant, CSA. & Robert
J. Karris, OFM. Tafsir Alkitab Perjanjian
Baru . 2012. Jogjakarta : Penerbit Kanisius. Hal. 44
[5] Bdk. Mat 6 : 33
[6] Bdk. Gal 2 : 20
[7] Bdk. Mat 15 : 7
[8] Kripurwana Cahyadi. Pastoral Gereja. 2009, Jogjakarta :
Penerbit Kanisius. Hal. 29
[9] Bdk. Yoh 13 : 34
[10] Lih. Redemptoris Missio No. 115
No comments:
Post a Comment