Tuesday, June 18, 2019

TAFSIR GELAR YESUS: YESUS ANAK ALLAH



1.1. Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya-lah Aku berkenan (Mat 3:17)
Dalam perikop ini, digambarkan peristiwa Pembaptisan Yesus oleh Yohanes di Sungai Yordan. Dalamnya identitas Yesus sebagai Anak Allah dikukuhkan oleh suara dari sorga. Oleh Matius penggambaran ini dimaksudkan untuk menjelaskan sejak awal kesaksian yang dari padaNya identitas Yesus sebagai Anak Allah adalah sesuatu yang bukan merupakan karangan manusia, melainkan penegasan oleh Allah sendiri lewat suara yang terdengar dari sorga. Selain itu, promulgasi identitas Yesus ini merupakan hal yang dikehendaki oleh Allah (Mat 3:15), sehingga baik Yesus maupun Yohanes sama-sama tidak dapat mengabaikannya begitu saja. Karenanya Yohanes tak kuasa menolak permintaan Yesus untuk dibaptis. Ia yang awalnya mencegah Yesus dalam melaksanakan pembaptisan ini (Mat 3:14), kini menurutinya setelah sadar bahwa apa yang akan terjadi bukanlah hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. “Yohanes pun menurutinya” (Mat 3:15). Ini adalah dasar dari seluruh hidup, karya dan pewartaan Yesus. Karenanya keempat penginjil memasukkannya sebagai bagian dari tulisan mereka (Mrk 1:9-11, Luk 3:21-22, Yoh 1:32-34).

1.2. Teks Matius 3:13-17
3:13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. 3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" 3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun menuruti-Nya. 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."

1.3. Konteks Kisah
Penggambaran Lukas tentang identitas Yesus yang adalah Putera Allah telah dimulai sejak pengisahan mengenai peristiwa Kelahiran Yesus (Mat 1:18-25). Dalam kisah tersebut, identitas Yesus sebagai Anak Allah digambarkan sebagai sesuatu yang telah melekat pada diri Yesus sejak Ia masih berada dalam kandungan ibuNya.[1] Mengandungnya Maria oleh Roh Kudus adalah dasar dari melekatnya identitas Anak Allah pada diri Yesus. Roh Kudus adalah Roh Allah yang lewatnya kehidupan dapat diberi (Yes 40:7) juga kebinasaan (Kej 1:2; Ydt 16:14). Stefan Leks secara khusus mengenai kata “Kudus” mendefinisikannya sebagai sesuatu yang memiliki kedekatan relasional dengan Allah. Sesuatu dikatakan kudus bilamana telah menjadi milik Allah, dikonsekrasikan bagi Allah, serupa dengan Allah atau bilamana Roh Kudus ada dalamnya. Karenanya kata kudus hendaknya tidak disamaartikan dengan bersih/murni/suci.[2]
Peristiwa ini diperkuat lewat peristiwa-peristiwa dimana terjadi sapaan Allah-Yesus dan Yesus-Allah dimana keduanya saling memanggil dengan sebutan Bapa-Putera.[3] Penegasan-penegasan tersebut lantas secara langsung memberikan gambaran utuh mengenai KeAllahan Yesus, hal mana lewatnya Matius hendak memberi dasar bagi pentingnya isi dari pewartaannya tentang Yesus. Dasar ini memberikan kepada kita suatu nilai essensial dari Injil, yaitu sebagai penyatuan semua pengalaman Israel dan telah digenapi dalam diri Yesus.[4]  

1.4. Kritik Teks
Kendati pembahasaan teks kita tidak sama dengan yang dibahasakan oleh Markus dan Lukas, Leon Morris menekankan bahwa hendaknya perbedaan yang disampaikan oleh Matius dipandang sebagai cara Matius untuk membuat suara Allah terdengar relevan bagi mereka yang ada di sekitar itu, karena bagaimanapun juga Markus dan Lukas sepakat bahwa ini adalah suara Ilahi yang ditujukan kepada Yesus. Suara ini menampilkan sebuah relasi antara Yesus dengan Allah yang tidak dimiliki oleh seorangpun. Lewat perkenaan Allah ini, Allah menyatakan perkenaanNya kepada Yesus untuk memulai karya  dan pelayananNya di hadapan umum.[5]
1.5. Struktur Teks
Ada 3 bagian besar dari perikop Luk 3:13-17.[6] Bagian pertama adalah 3:13, bagian kedua adalah 3:14-15 dan bagian ketiga adalah 3:16-17. Bagian pertama berisikan informasi mengenai dua hal, yaitu (1) Yesus yang datang dari Galilea: hal yang lewatnya kepada kita diinformasikan bahwa Yesus berasal dari sana dan sebelum pembaptisanNya di sungai Yordan, ia sama sekali tidak dikenali oleh umum dan (2) Tempat dimana Yesus dibaptis, adalah di sungai Yordan.[7] Dua informasi ini mau menggambarkan lewatnya bahwa tujuan utama kedatangan Yesus ke sungai Yordan, tempat dimana Yohanes Pembaptis berkarya adalah untuk dibaptis. Tak ada tujuan lain selain Yesus datang kepada Yohanes dengan maksud menjalani baptisan yang Yohanes lakukan.[8]. Hal mana lewatnya kita dimampukan untuk memahami alasan Yesus untuk bersikukuh agar Ia dibaptis oleh Yohanes (ayat 15). Stefan Leks bahkan membahasakan tindakan Yesus ini sebagai bukti nyata hadirnya Yesus di situ bukan sebagai raja yang datang dengan kereta berapi, bukan juga sebagai penonton atas karya Yohanes, melainkan sebagai orang biasa, bahkan pendosa. Sikap kerendahan hati inilah yang membuat surga “bereaksi” dengan menyatakan secara jelas bahwa Yesus adalah Putera Allah.[9]
Bagian kedua adalah mengenai percakapan antara Yesus dengan Yohanes Pembaptis. Dialog ini diawali dengan protes Yohanes Pembaptis kepada Yesus, sebagai bentuk pengakuan Yohanes Pembaptis akan kebesaran Yesus yang melebihi dirinya. Ini bukan kali pertama Yohanes Pembaptis bersikap demikian. Dalam Matius 3:11, dikisahkan di sana Yohanes Pembaptis menganggap betapa kecilnya dirinya dan baptisan yang ia buat: “Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”. Protes yang dilayangkan oleh Yohanes kepada Yesus disebabkan oleh permintaan Yesus yang bagi Yohanes merupakan sebuah permintaan yang menjungkirbalikkan kenyataan, sehingga sungguh ia merasa tidak layak untuk membaptis Yesus. Leon Morris membahasakan protes Yohanes ini sebagai sikap kerendahan hati dan pengakuan atas keberdosaannya.[10]  Protes Yohanes ini pun akhirnya dijawab oleh Yesus dengan meminta dari Yohanes agar membiarkan hal ini terjadi.
Permintaan Yesus ini menunjukkan dua hal, yaitu: Pembenaran Yesus terhadap rasa heran dan sikap merendahkan diri yang dibuat oleh Yohanes, sekaligus juga permintaan Yesus dari Yohanes agar membiarkan hal ini terjadi. Coggan menilai bahwa lewat permintaan Yesus ini, Yesus menunjukkan bahwa tujuan kedatangan dan pelayananNya tidak akan pernah tergenapi kecuali Ia mengidentikkan diriNya dengan mereka bagi siapa Ia datang untuk menyelamatkan.[11] Bagi Stefan leks, kata “sepatutnya” yang dipakai oleh Yesus merupakan sesuatu yang bernada meriah. Lewatnya Yesus ingin menyadarkan Yohanes bahwa apa yang sementara dialami oleh Yesus dan Yohanes adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah. Karenanya tak ada yang dapat diperbuat oleh mereka selain menyesuaikan diri dengannya. Akhirnya Yohanes Pembaptis pun menaati permintaan Yesus; Ia pun membaptis Yesus.[12]
Bagian ketiga adalah tindakan pembaptisan Yesus yang dilaksanakan oleh Yesus dan teofani/epifani yang menyusulinya. Dalam bagian ini penginjil Matius tidak menceritakan perihal bagaimana peristiwa baptisan itu sendiri terjadi melainkan menitikberatkan perhatiannya pada peristiwa luar biasa yang terjadi setelah baptisan selesai: segera sesudah Yesus keluar dari air.[13] Stefan Leks memberi keterangan di sini bahwa: “Dalam teks aslinya, sesudah kata-kata ‘segera keluar dari air’, tertulis kata Lihatlah” (kata ini dihilangkan oleh Terjemahan LAI)[14] Morris Leon juga setuju mengenai hal ini.[15] Peristiwa “langit terbuka” segera sesudah Yesus keluar dari air harus diakui sebagai sesuatu yang sukar untuk dipahami maksudnya.[16] Alasan utamanya adalah kesulitan untuk mengetahui secara pasti detail mengenai hal ini: Apakah ini dialami hanya oleh Yesus sendiri sebagai pengalaman adikodrati ataukah dialami oleh semua orang yang hadir di situ? Karenanya Leon dalam menjawab hal ini, menekankan kemungkinan terbaik dari dikisahkannya hal ini adalah orientasi penekanan Matius atas kisah ini yang mana sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa penekanan utama dari kisah ini oleh Matius adalah terbukanya surga dan manifestasi Roh Kudus yang kasat mata dalam wujud burung merpati atas Yesus sebagai bentuk peneguhan bagiNya dalam memulai misi keselamatan.[17] Atas cara itulah penitikberatan Matius atas hal tak terduga ini ditunjukkan secara jelas.
Satu peristiwa menarik lain yang terjadi pasca pembaptisan Yesus, adalah terdengarnya suara dari surga[18] yang mengatakan "Inilah Anak-Ku[19] yang Kukasihi,[20] kepada-Nyalah Aku berkenan[21]” (Mat 3:17). Ini adalah peristiwa dimana Allah sendirilah yang memaklumkan dan membenarkan identitas Yesus sebagai PutraNya; sebuah kisah epifani yang mengandung dalamnya pernyataan pribadi Yesus sebagai pribadi yang lewatnya penggenapan seluruh kebenaran/ rencana Allah terjadi. Hal mana lewatnya hendak digambarkan pilihan Allah demi misi mendatang: Yesus adalah persatuan masa lampau dan masa depan Israel yang tanpa cela.[22]

1.6. Kata-kata Kunci Perikop Ini
Dari kisah dan struktur di atas, kiranya ada beberapa kata yang menjadi inklusi dalam perikop ini. Kata-kata tersebut, “dibaptis, berkenan dan Anak-Ku”.
1.6.1.      Dibaptis
Kata “baptis” muncul dalam Injil Matius dalam tiga buah konteks penulisan. Konteks-konteks yang dimaksud, adalah pewartaan Yohanes Pembaptis tentang pentingnya mengusahakan pertobatan dan memberikan diri dibaptis (Mat 3:1-12), pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan (Mat 3:13-17), pertanyaan mengenai kuasa Yesus (Mat 21:23-27) dan perintah untuk memberitakan Injil (Mat 28:16-20).
Kata “baptis” sendiri berasal dari kata Yunani: baptisma / baptismos, dari kata kerja ‘baptizô’yang berarti ‘membasahi, membenamkan di dalam’.[23] Sejak kemunculan Yohaes Pembaptis, baptisan dimaknai sebagai undangan untuk bertobat sebagai pralangkah menuju baptisan Mesias dalam Roh dan api (Mat 3:6-12, Mrk 1:4-8 Luk 3:3-18).[24] Khusus menggenai baptisan Yesus di Sungari Yordan, Xavier mengartikan ini sebagai bukti keinginan Yesus untuk setia kawan dengan orang-orang berdosa, yang dosa-dosanya ditanggung secara pribadi.
Selanjutnya pemenuhan dan ketaatan para murid untuk menjalankan perintah Yesus:    ”Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:19-20), baptisan kemudian dipandang sebagai kegiatan yang khas dan berlandaskan pada perintah Kristus sendiri sesudah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga. Perintah Yesus ini memberikan baptisan sebagai sebuah upacara arti baru, yaitu: tandapersekutuan orang-orang beriman yang telah dipanggil untuk menghayati hidup Kristus sendiri.[25] Lewatnya setiap calon baptis dihantar menuju sebuah hidup baru dalam Kristus karena semua dosa-dosanya telah dibenamkan dalam wafat Kristus sendiri. Rasul Paulus menyebut kondisi ini sebagai kondisi dimana setiap orang memulai hidup sebagai ciptaan baru, karena demikianlah hidup dalam Kristus harusnya menjadi (2Kor 5:17).

1.6.2.      Berkenan
Leon Morris mendefenisikan Berkenan berarti “melihat hal itu baik adanya, memberikan persetujuan” dan karena itu “senang, bersukacita karenanya”.[26] Pemahaman ini lantas memberikan gambaran jelas bahwa maksud suara dari langit “kepada-Nyalah aku berkenan” adalah sebuah penegasan atas persetujuan Allah pada Yesus untuk memulai karyaNya di depan umum. Stefan Leks bahkan menspesifikkan hal ini dengan menegaskan bahwa perkenaan Allah yang ditampilkan Matius disini merupakan sebuah penggambaran atas pilihan Yesus demi misi pewartaan Injil dan penebusan dosa umat manusia.[27] Itu berarti misi ini adalah misi yang berasal dari Yesus sendiri, melainkan sebuah misi trinitaris; hal mana terungkap dalamnya kesatuan Triniter antara Bapa, Putera dan Roh Kudus. Karenanya jelaslah bahwa perikop ini menunjukkan juga ketertarikan Markus atas dimensi Trinitarian dari pembaptisan Yesus.[28]

1.6.3.      Anak-Ku
Dalam Bahasa Yunani, kata “anak” merupakan sebuah frasa umum yang diperuntukkan bagi anak laki-laki maupun anak perempuan.[29] Lewatnya terungkap sebuah hubungan akrab dengan orang tua yang ditandai dengan adanya kemesraan dalam relasi, sekaligus menuntut darinya sebuah ketaatan sebagai ciri khas yang terkandung dalamnya. Dalam konteks Perjanjian Baru, kata “anak” umumnya dihubungkan dengan “baptisan Yesus”.[30]
Pernyataan surgawi “Anak-Ku” ini menjelaskan alasan Yesus yang senang menyatakan Dirinya sebagai Anak, yaitu karena bagi Yesus, Allah adalah Bapa-Nya. Penyebutan ini mau menggambarkan lewatnya dimensi kepercayaan Bapa kepada Yesus: Ia yang kepadaNya dipercayakan segala sesuatu oleh Bapa. Pemahaman atas sudut pandang ini membuat kita akhirnya dapat memahami bahwa pernyataan surgawi “Inilah Anak-Ku yang terkasih” sebetulnya merupakan pernyataan yang tidak ditujukan kepada Yesus, melainkan kepada dunia.
Inilah nama yang diberikan Allah kepada Yesus. Nama yang lewatnya Allah sendiri membenarkan identitas Yesus sebagai Putra-Nya.[31] Nama yang menegaskan relasi khusus Allah Bapa dengan Yesus sebagai relasi yang tak dimiliki oleh siapapun selain Allah Bapa dengan Yesus sendiri.[32] Karenanya Stefan Leks menekankan pentingnya untuk menyadari bahwa pernyataan surgawi ini bukanlah sebuah kisah panggilan ataupun munculnya kesadaran Yesus bahwa Ia adalah Putera Allah, melainkan lebih-lebih sebuah kisah epifani yang berisikan pembenaran surgawi atas identitas Yesus juga misinya untuk menggenapkan seluruh kebenaran dan rencana Allah.[33]

1.7. Sumber dan Redaksi Teks
Kisah dibaptisnya Yesus di sungai Yordan tidak terdapat dalam Injil Matius saja, melainkan ada juga dalam Injil Markus dan Lukas. Kendati demikian ada begitu banyak perbedaan yang terdapat dalam ketiga Injil ini, sehingga sulitlah untuk mengatakan bahwa Matius memakai sumber yang sama dengan yang dipakai oleh Markus dan Lukas.[34] Leon Morris mengenai hal tersebut menunjukkan beberapa contoh, misalnya: “Matius 3:14-15 yang mengisahkan Usaha Yohanes mencegah Yesus dibaptis, tidak kita temukan di kedua Injil Sinoptik yang lain dan ada pula perbedaan penting di ayat 16. Catatan tentang suara dari sorga lebih mengandung kemiripan meski Matius mencatat “inilah”, sementara kedua penulis lain mencatat “Engkaulah”.[35]
Berbeda dengan Leon Morris, Willi Maarxen mengemukakan bahwa sebenarnya kisah pembaptisan Yesus di sungai yordan, adalah sebuah tulisan yang mengikuti kerangka pemikiran dari Markus. Hal ini diutarakannya dengan berkata bahwa: “…mulai dari pasal 3 sampai seterusnya Matius pada dasarnya mengikuti kerangka Markus, kecuali pada sejumlah peristiwa ketika urutan-urutannya dan pengelompokan diubah.”[36] Beberapa teks yang dapat dijadikan referensi mengenai hal ini, sebagaimana yang diungkapkan oleh Maarxen, adalah sebagai berikut: Mrk 5:22-43 yang memiliki kesamaan dengan Mat 9:18-26, Mrk 6:14-29 yang memilki kesaman dengan Mat 14:1-12 dan Mrk 14:3-11 yang memiliki kesamaan dengan Mat 26:6-16, Mat 5:13 yang sejajar dengan Mrk 9:50, Mat 5:15 yang memiliki kesejajaran dengan  Mrk 4:21.[37] Pendapat dari Maarxen ini kiranya senada dengan yang disampaikan oleh Stefan Leks, dimana ia menyatakan bahwa sebenarnya dapat diketahui dengan cukup pasti bahwa Matius dan Lukas sangatlah bergantung pada Injil Markus kendati keduanya sama-sama menggunakan juga suatu sumber lain yang pada umumnya diberi nama ”sabda-sabda Yesus” (Logia Iesu).[38]
Karenanya guna memperjelas kemiripan yang dimaksud, paralelisme dari kisah Matius dan Markus mengenai peristiwa pembaptisan Yesus di sungai yordan akan ditampilkan dalam table berikut:

Matius 3:13-1 7
Unsur - unsur kesamaan
Markus 1:9-11
3:13 Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya.

Asal kedatangan Yesus dan Pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes kepadaNya di sungai Yordan.
1:9 Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di sungai Yordan oleh Yohanes
3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya
Turunnya Roh Kudus dalam rupa burung merpati ke atas Yesus.
1:10 Pada saat Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung merpati turun ke atas-Nya.

3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
Pernyataan tentang Identitas Yesus
1:11 Lalu terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Mulah Aku berkenan."


Tabel ini menampilkan dengan jelas bahwa sebenarnya dalam kisah pembaptisan Yesus di sungai yordan oleh Yohanes Pembaptis, terdapat sebuah paralelisme antara dua kisah tersebut. Paralelisme tersebut adalah sebuah paralelisme yang terkesan kuat karena menggunakan kosa kata yang nyaris sama, plot dan kronologis kisah pun sama, kendati dalam Matius, terdapat beberapa tambahan sebelum peristiwa pembaptisan dilaksanakan; hal mana tidak ada dalam injil Markus. Tambahan yang dimaksud, adalah: “3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?’ 3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan Yohanes pun menuruti-Nya.”
Jika persamaan dan perbedaan di atas ditelaah sambil bercermin pada pengisahan peristiwa pembaptisan Yesus di sungai yordan oleh Yohanes pembaptis sebagaimana yang dikisahkan oleh Lukas (Luk 3:21-22), kita dapat melihat dengan jelas bahwa sebenarnya perbedaan yang ditampilkan dalam Matius di atas, adalah milik Matius sendiri. Dengan demikian jelaslah apa yang dikatakan Maarxen sebagaimana tertulis di atas, yaitu sebenarnya kerangka tulisan dari Matius mengikuti kerangka tulisan Markus. Tambahan oleh Matius di atas sebenarnya dimaksudkan oleh Matius untuk memperjelas konsep teologi injilnya dimana Yesus adalah pusat dari injil Matius sendiri. Tentangnya F.D. Coggan sebagaimana dikutip oleh Leon Morris menyatakan bahwa “Melalui ucapannya ini (Mat 3:15) yang penuh arti ini, Yesus menunjukkan bahwa tujuan kedatangan dan pelayananNya tidak akan pernah tergenapi kecuali Ia mengidentikkan diriNya dengan mereka bagi siapa Ia datang untuk menyelamatkan.”[39] Sosok inilah yang ingin diwartakan oleh Matius dalam injilnya: Putera Allah yang hadir menyapa semua orang, penuh belas kasih, berkuasa dan penuh kelemah-lembutan, guru hebat yang penuh kesabaran, rendah hati, miskin dan senantiasa berusaha untuk melaksanakan kehendak BapaNya.[40]

1.8. Bentuk Teks
Stefan Leks dalam pembagian susunan Injil Matius, mengelompokkan perikop injil ini dalam bentuk narasi.[41] Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, Narasi merupakan pengisahan suatu cerita atau kejadian; cerita atau deskripsi suatu kejadian atau peristiwa.[42] Pengertian ini menampilkan lewatnya substansi dari narasi yang adalah pengisahan kisah. Pengisahan kisah yang dimaksudkan untuk menyampaikan kronologi terjadinya suatu peristiwa ataupun mendeskripsikannya dengan maksud agar kisah yang dideskripsikan ataupun dikisahkan dapat diketahui kenyataannya sebagaimana adanya. Otentisitas kisah merupakan hal penting di sini, karena dari padanyalah makna yang hendak ditekankan lewat kisah tersebut dapat sungguh diterima sebagai sebuah kebenaran moral.
Kisah pembaptisan Yesus di sungai yordan oleh Yohanes sebagaimana yang ditampilkan oleh Matius sebagai penulis injil, adalah sebuah kisah yang lewatnya pokok teologi dari injil ini: Yesus hendak disampaikan sebagaimana yang Matius maksudkan. Dimulai dengan datangnya Yesus kepada Yohanes di sungai yordan untuk dibaptis, keteguhan kehendak Yesus untuk dibaptis oleh Yohanes pembaptis sebagaimana yang dikehendaki Allah, hingga turunnya Roh kudus dalam wujud burung merpati dan terdengarnya pemakluman identitas Yesus oleh Allah lewat suara yang terdengar di langit, adalah cara Matius untuk menyampaikan bahwa Allah yang ia ingin perkenalkan dan wartakan adalah Allah yang sungguh agung. Allah yang hadir selalu bersama umatNya sampai akhir zaman bersama dengan GerejaNya hingga waktunya Kerajaan Allah dipermaklumkan.[43]
Atas cara demikian, pengisahan kisah ini oleh Matius bukan tanpa arti. Matius mengisahkan kisah ini dengan maksud untuk mengukuhkan idenya mengenai identitas sejati Yesus sebagai sungguh-sungguh Allah juga sungguh-sungguh manusia. Ia yang datang menjadi sama dengan manusia agar manusia dapat beroleh keselamatan dari padanya. Dengan demikian, narasi ini bukanlah sebuah isapan jempol belaka. Lebih dari pada itu, narasi ini merupakan cara Matius untuk memperjelas makna dari peristiwa historis dalam sejarah keselamatan manusia.

1.9. Pesan Teologis Kisah
Narasi ini menampilkan Yesus sebagai pribadi yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Kehadiran Yesus di sungai yordan dan kerelaanya untuk dibaptis oleh Yohanes pembaptis, adalah wujud nyata kerendahan hati Yesus juga ketaatanNya pada kehendak Bapa. Tujuan utamanya datang ke sungai yordan, adalah untuk dibaptis oleh Yohanes pembaptis. Tujuan ini harus dilaksanakan karena inilah yang Bapa kehendaki. Karenanya kerendahan hati Yohanes pembaptis terhadap Yesus, bukanlah hal penting untuk diperhatikan sekarang. Hal terpenting adalah persatuannya dengan Yesus untuk menggenapkan kehendak Bapa lewat baptisan kepada Yesus.[44]  Tentang ini, Morris Leon mengutip pendapat Hills yang mengatakan bahwa “dengan menjalani baptisan Yohanes, Tuhan Yesus mengakui bahwa standar kebenaran ini sah, baik bagi diriNya maupun bagi orang lain, dan menegaskan bahwa Ia akan merealisasikan dan menggenapinya sebagai kehendak Allah dalam kerajaan”.[45]
 Lewatnya keseluruhan penjelasan di atas, nampaklah jelas bahwa lewat peristiwa pembaptisanNya di sungai Yordan, Yesus ingin menunjukkan solidaritasNya dengan manusia: mereka yang tujuan kedatangannya dimaksudkan. Inilah yang mendorong manusia untuk semakin mengusahakan kedekatan relasional denganNya, tinggal dalamNya, berjalan bersamaNya agar manusia boleh beroleh hidup. Solidaritas yang lewatnya Yesus mengungkapkan persatuannya dengan manusia; Ia mengidentikkan diriNya dengan manusia, agar lewat Dia dan dalam Dia manusia dapat beroleh anugerah keselamatan, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.
Karenanya ini adalah sebuah narasi keselamatan. Narasi yang dikisahkan oleh Matius dengan maksud untuk menyadarkan manusia tentang betapa besarnya kasih Allah bagi manusia, sehingga Ia mengutus PuteraNya yang terkasih. PuteraNya yang tak hanya datang melawat tapi juga menjadi sama dengan manusia, semata agar manusia beroleh hidup.


[1] Leks, Stefan, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), Hlm. 21.
[2] Ibid, Hlm. 24.
[3] Mat 11:25, Mat 12:50, Mat 1513, Mat 16:17, Mat 18:10, Mat 18:19, Mat 18:35, Mat 20:23, Mat 25:34, Mat 26:29, Mat 26:39, Mat 26:42, Mat 26:53.
[4] Morris, Leon, Injil Matius (Surabaya, Penerbit Momentum, 2016), Hlm. 3.
[5] Leks, Stefan, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), Hlm. 76.
[6] Ibid, Hlm. 71.
[7] Sungai Yordan sendiri dalam Bahasa Yunani disebut Iordanes. Sungai ini terbentang  antara Siria Utara sampai Afrika bagian timur; panjang sungai dari sumbernya yang ada di ketinggian 520m, ialah 220 km sampaibermuara di laut mati. Perjanjian Baru membedakan antara “Daerah Yordan” dan “Daerah di Seberang Sungai Yordan”. Maksudnya ialah daerah di sebelah kanan sungai (kini Trans Yordania), yang selama masa lama berpenduduk orang-orang asing, bahkan orang-orang yang bermusuhan dengan bangsa Israel. Lih. Xavier Leon- Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990), Hlm. 605.
[8] Morris, Leon, Injil Matius (Surabaya, Penerbit Momentum, 2016), Hlm. 67.
[9] Ibid, Hlm. 77.
[10] Ibid, Hlm. 76.
[11] Ibid, Hlm. 69.
[12] Ibid, Hlm. 79.
[13] Ibid, Hlm. 69.
[14] Leks, Stefan, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), Hlm.81.
[15] Morris Leon, Ibid, Hlm. 68.
[16]Ibid, Hlm. 69.
[17]Ibid, Hlm. 70.
[18] Surga terkadang disebut sebagai Bath Qol (Putri dari Suara). Ungkapan ini dipakai oleh para rabi untuk menunjuk gema dari suara Ilahi di masa ketika inspirasi langsung berhenti. Namun yang terjadi di sini bukanlah gema saja, tetapi suara Allah sendiri. Lih. Morris Leon, Ibid, Hlm. 71.
[19] Kata “Anak-Ku” di sini harus dilihat sebagai suatu gelar mesianik sama seperti yang ditulis Matius 2:15. Bagi Leks, gelar ini bersama dengan semua gelar Yesus yang lain: Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham (Mat 1:1,16-17), Yesus (Yes 1:21), Imanuel (Mat 1:23), Raja Yahudi (Mat 2:2), Anak-Ku (Mat 2:15), Orang Nazaret (Mat 2:23) mendapat kepenuhannya dalam peristiwa pembaptisan ini. Alasannya adalah dalam peristiwa pembaptisan, Allah sendirilah yang membenarkan identitas Yesus sebagai PuteraNya. Lih. Leks, Stefan, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2007), Hlm.83.
[20] Menunjuk pada rasa sayang besar Bapa kepada AnakNya. Lih. Morris Leon, Ibid, Hlm. 71.
[21] Berkenan berarti “melihat hal itu baik adanya, memberikan persetujuan” dan karena itu “senang, bersukacita karenanya”. Ibid,.
[22] Leks, Stefan, Ibid,.
[23] Lih. Xavier Leon- Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990), Hlm. 157.
[24] Ibid,.
[25] Ibid,.
[26] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 71.
[27] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 84.
[28]  Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 72.
[29] Xavier Leon-Dufour, Ibid, Hlm. 117..
[30] Ibid,. Hlm. 119.
[31] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 83.
[32] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 71.
[33] Ibid,.
[34] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 66.
[35] Ibid,.
[36] Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah -masalahnya, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006) cetakan ke-7, Hlm. 175.
[37] Ibid,. Hlm. 184.
[38] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 19.
[39] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 69.
[40] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 17.
[41] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 19.
[42] Disadur dari: https://kbbi.web.id/narasi. Artikel ini diakses pada 18 Desember 2018, Pkl. 21.47 WIT.
[43] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 17.
[44] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 68.
[45] Ibid,.

1 comment:

  1. Shalom saudara seiman dalam Kristus dimana pun berada. Mari kita sama-sama belajar tentang Shema Yisrael yang pernah diucapkan oleh Yeshua ( nama Ibrani Yesus tertulis ישוע ) seperti yang dapat kita temukan dalam Markus 12 : 29 dan Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 sebagai berikut :

    Huruf Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "

    Pengucapannya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "

    Orang Yahudi pada jaman Yeshua hingga sekarang terus memegang teguh prinsip keesaan Tuhan YHWH ( Adonai ) yang tersirat dalam kalimat Shema. Pada akhir pengucapan diikuti juga dengan kalimat berkat sebagai berikut :

    " ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד " ( Barukh Shem, kevod malkuto le'olam va'ed, artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selamanya dan kekal )
    🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🗺️✝️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🥛🍯🥖🍷🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱

    ReplyDelete