Wednesday, June 19, 2019

SAYA ADA DALAM DUNIA


Dalam karyanya “Being in time”, Heidegger menekankan bahwa perilaku manusia adalah sebuah keterlibatan secara aktif dengan objek keseharian di sekelilingnya. Manusia bukan seorang pengamat pasif yang mengambil jarak dari dunianya, melainkan terlibat langsung dengan dunianya. Fakta ini menunjukkan bahwa seharusnya saya ada terlebih dahulu barulah kemudian saya bisa berpikir. Konsekuensinya adalah fakta mendasar dari eksistensi manusia adalah bahwa kita telah “ada di dalam dunia”. Dengan begitu, dunia adalah karakter dari ada di dalam dunia. Itu berarti bahwa saya sebagai manusia terlibat dalam faktualitas dunia. Akibatnya, saya harus terikat dengan dunia. Artinya pemahaman mengenai diri saya dan dunia hanya dapat saya temukan lewat keberadaan saya dalam dunia. Untuk itu, tesis dasar dalam menganalisa makna “saya ada dalam dunia”, adalah : “Berada dalam dunia adalah makna eksistensi manusia. Itu berarti manusia hanya bisa menemukan dirinya dalam dunia. Untuk itu, cara yang dapat diusahakan manusia untuk menemukan makna dirinya dalam dunia, adalah terlibat dalam faktualitas dunia”.
-          Arti / Makna Dunia
Dunia dalam konteks ini, dapat dipahami sebagai realitas diri saya. Maksudnya, adalah bahwa dunia adalah hasil proyeksi dari diri saya sendiri sebagai manusia. Dunia menjadi hal yang dapat saya pikirkan, karena saya telah ada dalam dunia terlebih dahulu. Itu berarti bahwa, tidak mungkin saya dapat memikirkan dan memahami dunia, tanpa ada terlebih dahulu dalam dunia dan mengalami dunia sebagai realitas empirik - faktual dimana saya berada dalamnya. Konsekuensinya adalah bahwa, saya dapat dan hanya dapat menemukan makna dari dunia dalam pengalaman saya sendiri dalam dunia. Bagaimana corak pengalaman tersebut ? Pengalaman yang dimaksud, adalah pengalaman empirik – sadar. Maksudnya adalah pengalaman yang nyata terjadi dan sungguh saya sadari sebagai sebuah pengalaman yang dalamnya saya terlibat dalam keberadaan saya sebagai manusia, sehingga dari padanya saya dapat belajar untuk memahami diri sendiri dan dunia dimana dalamnya saya berada. Salah satu contoh konkrit yang dapat disebutkan mengenai hal ini, adalah : “Saya adalah calon sarjana psikologi”. Contoh ini bila dikonversi ke dalam makna dunia, akan memberi makna bahwa : “Saya adalah sarjana psikologi”. Konversi inilah yang mendorong saya untuk menghidupi pembinaan di seminari sebaik mungkin, sebagai proyeksi atas realitas saya sebagai seorang calon imam.

-          Peranan Tubuh Dalam Fakta : “Saya ada dalam dunia”.
Titik tolak pemahaman atas makna tubuh dalam fakta bahwa “saya ada dalam dunia”, adalah bahwa tubuh sebagai bagian hakiki dari keberadaan saya sebagai manusia dalam hal ini berperan sebagai realitas empirik – factual bahwa “saya ada dalam dunia”. Essensi saya yang adalah manusia, mengharuskan saya hadir sebagai makhluk bertubuh dan berjiwa. Dengan kata lain, saya tidak bisa menemukan keberadaan saya dalam dunia sebagai manusia, bilamana hanya berpegang ada kesadaran semata (fakta jiwa), melainkan juga karena tubuh saya yang menjadikan saya hadir sebagai manusia utuh dan dapat diidentifikasi sebagai manusia. Contoh konkritnya, adalah : Saya adalah seorang pria, berambut ikal, berwarna kulit sawo matang dan lain sebagainya. Semua ciri fisik tersebut mengindikasikan bahwa saya makhluk bertubuh manusia dan karenanya pula saya disebut seorang manusia yang dikenal dengan nama : Roy.

-          Sikap Saya Terhadap Dunia
Konsekwensi dari keberadaan saya sebagai manusia dalam dunia, adalah saya terikat dengan dunia. Hal ini berarti bahwa saya hendaknya terlibat dalam faktualitas dunia. Keterlibatan tersebut ditandai dengan bagaimana saya bersikap terhadap dunia. Dengan terlibat dalam faktualitas dunia, maka saya bereksistensi secara penuh dalam dunia. Dalam hal ini, bersikap cuek, apalagi masa bodoh terhadap dunia berarti mengabaikan eksistensi saya dalam dunia. Lebih dalam dari itu, sikap terhadap dunia juga mengandung dalamnya essensi saya sebagai manusia yang adalah makhluk berjiwa yang ditandai dengan kepemilikan atas kapasitas budi, suara hati dan hati nurani. Dengan demikian, mengabaikan keharusan untuk menentukan sikap terhadap dunia, sama saja mengingkari essensi saya sebagai manusia. Dampaknya, eksistensi saya sebagai manusia dalam dunia tidaklah utuh karenanya. Contohnya konkritnya, adalah : Saya sebagai seorang anggota orang muda katolik (OMK) tidak bisa dengan begitu saja memaksakan pendapat saya perihal pembaharuan organisasi dan kehidupan anggota OMK bilamana saya biasanya lebih mementingkan kepentingan pribadi ketimbang terlibat aktif dalam hidup dan karya OMK tempat dimana saya berada. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa hak menuntut kewajiban dan tiada kewajiban tanpa hak.

No comments:

Post a Comment