IMAMAT DALAM KONTEKS
MILENIAL
(Sebuah Refleksi Intelektual – Rohani Tentang
Relevansi Imamat Dalam Hidup Milenial)
Titik temu: Kemanusiaan
a.
Pendahuluan
Belakangan ini muncul sebuah istilah “milenial”.
Istilah ini digunakan untuk menamakan zaman sekarang ini: zaman dimana karena
pesat dan lajunya kemajuan teknologi mempengaruhi pola perilaku manusia
dalamnya. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia terpengaruh karenanya.
Misalnya dalam hal relasi: Jarak tak lagi menjadi soal, karena kapan saja dan
dimana saja orang dapat bertemu satu sama lain lewat media Facebook Messenger,
Skype, Duo dan lain sebagainya. Karenanya ciri khas menonjol dari zaman
milenial ini, adalah kemudahan dan simplisitas. Jarak, waktu bahkan tenaga
dipangkas sedemikian rupa, sehingga tak lagi harus bersusah payah dalam
memuaskan keinginan diri.
Kendati demikian, selain ragam kemudahan yang
ditawarkan dalamnya, ada juga beberapa poin yang menimbulkan lewatnya beberapa
kritik atas apa yang terjadi dalam zaman ini. Salah satu kritik yang mendasar,
adalah penghargaan terhadap kemanusiaan. Kritik ini datang dari maraknya
tindakan melawan kemanusiaan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi di
zaman milenial ini. Misalnya: plagiasi, pelanggaran privasi, provokasi negatif,
pornografi, perdagangan manusia dan lain sebagainya. Ini semua menandakan
betapa gencarnya pengeksploitasian terhadap manusia dilakukan, bahkan mirisnya
ada juga yang mengekspolitasi dirinya sendiri demi kesenangan diri sendiri dan
orang lain. Batasan tata karma, kesopanan, religiositas, toleransi karenanya
menjadi kabur.
Suka – tidak suka, imamat hidup dalam zaman ini,
kendati tak hanyut dalamnya. Panggilan terhadap pengudusan kini memasuki sebuah
babak dimana imamat diperhadapkan pada gaungan perkembangan zaman yang demikian.
Situasi ini menimbulkan tanya: masih relevankah imamat di hidupi di zaman ini? Pertanyaan
ini dimaksudkan bukan untuk memisahkan imamat dari dinamika zaman ini,
melainkan semakin mendekatkan imamat padanya agar pengudusan dapat terjadi
dalamnya.
b.
Hakekat
Imamat
Perutusan Yesus ke dalam dunia dimaksudkan untuk
pengudusan dunia. Karenanya tujuan utama dari perutusan Yesus, adalah untuk
dunia. Dalam konteks tersebut, Gereja sebagai tubuh mistik Kristus turut
berperan serta untuk ambil bagian dalam misi perutusan Yesus tersebut. Peran
Gereja dalam tugas perutusan Yesus tersebut secara umum dikenal dengan sebutan
Imamat. Imamat ini sendiri terbagi atas dua, yaitu: Imamat Umum dan Imamat
Jabatan. Imamat umum merujuk pada tugas perutusan umat beriman dalam tugas
perutusan Yesus. Sama seperti perutusan Yesus yang mengikutsertakan Gereja
sebagai Tubuh MistikNya sendiri dalam pengurapan yang Ia terima, yaitu menjadi
Imamat, Kudus dan Rajawi, demikian pula semua orang beriman karena merekalah
Gereja itu sendiri.
Sementara itu Imamat Jabatan pada hakekatnya
dimaksudkan untuk pelayanan persekutuan. Maksudnya adalah imamat jabatan yang
diterima lewat anugerah tahbisan suci, adalah rahmat yang lewatnya para imam
diangkat dan diberikan peran khusus oleh Kristus sendiri untuk mempersembahkan
korban dan mengampuni dosa demi nama Kristus.[1] Itu berarti imamat jabatan
menjadikan mereka yang menerimanya untuk hidup dan bertindak dalam kepenuhan
teladan Kristus dan atas nama Kristus sendiri. Sama seperti Yesus yang memilih
dan mengutus para Rasul untuk menunaikan tugas imamat bagi orang-orang,
demikian pun para imam beroleh rahmat tersebut dari para Uskup sebagai
pengganti para Rasul guna melaksanakan karya misi yang diterima dari Kristus.[2]
c.
Imamat
dan Kesaksian.
d.
Kekudusan:
Hakikat Hidup Manusia
e.
Zaman
Milenial, Apakah itu?
f.
Kekudusan
dan Kemanusiaan
g.
Kesimpulan
No comments:
Post a Comment