Tuesday, June 18, 2019

IMAMAT DALAM KONTEKS MILENIAL


IMAMAT DALAM KONTEKS MILENIAL
(Sebuah Refleksi Intelektual – Rohani Tentang Relevansi Imamat Dalam Hidup Milenial)
 Titik temu: Kemanusiaan

a.      Pendahuluan
Belakangan ini muncul sebuah istilah “milenial”. Istilah ini digunakan untuk menamakan zaman sekarang ini: zaman dimana karena pesat dan lajunya kemajuan teknologi mempengaruhi pola perilaku manusia dalamnya. Hampir seluruh aspek kehidupan manusia terpengaruh karenanya. Misalnya dalam hal relasi: Jarak tak lagi menjadi soal, karena kapan saja dan dimana saja orang dapat bertemu satu sama lain lewat media Facebook Messenger, Skype, Duo dan lain sebagainya. Karenanya ciri khas menonjol dari zaman milenial ini, adalah kemudahan dan simplisitas. Jarak, waktu bahkan tenaga dipangkas sedemikian rupa, sehingga tak lagi harus bersusah payah dalam memuaskan keinginan diri.
Kendati demikian, selain ragam kemudahan yang ditawarkan dalamnya, ada juga beberapa poin yang menimbulkan lewatnya beberapa kritik atas apa yang terjadi dalam zaman ini. Salah satu kritik yang mendasar, adalah penghargaan terhadap kemanusiaan. Kritik ini datang dari maraknya tindakan melawan kemanusiaan yang disebabkan oleh perkembangan teknologi di zaman milenial ini. Misalnya: plagiasi, pelanggaran privasi, provokasi negatif, pornografi, perdagangan manusia dan lain sebagainya. Ini semua menandakan betapa gencarnya pengeksploitasian terhadap manusia dilakukan, bahkan mirisnya ada juga yang mengekspolitasi dirinya sendiri demi kesenangan diri sendiri dan orang lain. Batasan tata karma, kesopanan, religiositas, toleransi karenanya menjadi kabur.
Suka – tidak suka, imamat hidup dalam zaman ini, kendati tak hanyut dalamnya. Panggilan terhadap pengudusan kini memasuki sebuah babak dimana imamat diperhadapkan pada gaungan perkembangan zaman yang demikian. Situasi ini menimbulkan tanya: masih relevankah imamat di hidupi di zaman ini? Pertanyaan ini dimaksudkan bukan untuk memisahkan imamat dari dinamika zaman ini, melainkan semakin mendekatkan imamat padanya agar pengudusan dapat terjadi dalamnya.  

b.      Hakekat Imamat
Perutusan Yesus ke dalam dunia dimaksudkan untuk pengudusan dunia. Karenanya tujuan utama dari perutusan Yesus, adalah untuk dunia. Dalam konteks tersebut, Gereja sebagai tubuh mistik Kristus turut berperan serta untuk ambil bagian dalam misi perutusan Yesus tersebut. Peran Gereja dalam tugas perutusan Yesus tersebut secara umum dikenal dengan sebutan Imamat. Imamat ini sendiri terbagi atas dua, yaitu: Imamat Umum dan Imamat Jabatan. Imamat umum merujuk pada tugas perutusan umat beriman dalam tugas perutusan Yesus. Sama seperti perutusan Yesus yang mengikutsertakan Gereja sebagai Tubuh MistikNya sendiri dalam pengurapan yang Ia terima, yaitu menjadi Imamat, Kudus dan Rajawi, demikian pula semua orang beriman karena merekalah Gereja itu sendiri.
Sementara itu Imamat Jabatan pada hakekatnya dimaksudkan untuk pelayanan persekutuan. Maksudnya adalah imamat jabatan yang diterima lewat anugerah tahbisan suci, adalah rahmat yang lewatnya para imam diangkat dan diberikan peran khusus oleh Kristus sendiri untuk mempersembahkan korban dan mengampuni dosa demi nama Kristus.[1] Itu berarti imamat jabatan menjadikan mereka yang menerimanya untuk hidup dan bertindak dalam kepenuhan teladan Kristus dan atas nama Kristus sendiri. Sama seperti Yesus yang memilih dan mengutus para Rasul untuk menunaikan tugas imamat bagi orang-orang, demikian pun para imam beroleh rahmat tersebut dari para Uskup sebagai pengganti para Rasul guna melaksanakan karya misi yang diterima dari Kristus.[2]
c.       Imamat dan Kesaksian.
d.      Kekudusan: Hakikat Hidup Manusia
e.       Zaman Milenial, Apakah itu?
f.       Kekudusan dan Kemanusiaan
g.      Kesimpulan


[1] Konsili Trento, Sidang 23, bab 1 dan kanon 1: DENZ. 957 dan 961 (1764 dan 1771). Sebagaimana terkutip dalam: Konsili Vatikan II, Dekrit Presbyterorum Ordinis, 7 Desember 1965, No. 2.
[2] Konsili Vatikan II, Dekrit Presbyterorum Ordinis, 7 Desember 1965, No. 2.

No comments:

Post a Comment