1.1.
Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nya-lah Aku berkenan (Mat 3:17)
Dalam perikop ini, digambarkan peristiwa Pembaptisan
Yesus oleh Yohanes di Sungai Yordan. Dalamnya identitas Yesus sebagai Anak
Allah dikukuhkan oleh suara dari sorga. Oleh Matius penggambaran ini
dimaksudkan untuk menjelaskan sejak awal kesaksian yang dari padaNya identitas
Yesus sebagai Anak Allah adalah sesuatu yang bukan merupakan karangan manusia,
melainkan penegasan oleh Allah sendiri lewat suara yang terdengar dari sorga.
Selain itu, promulgasi identitas Yesus ini merupakan hal yang dikehendaki oleh Allah
(Mat 3:15), sehingga baik Yesus maupun Yohanes sama-sama tidak dapat
mengabaikannya begitu saja. Karenanya Yohanes tak kuasa menolak permintaan
Yesus untuk dibaptis. Ia yang awalnya mencegah Yesus dalam melaksanakan
pembaptisan ini (Mat 3:14), kini menurutinya setelah sadar bahwa apa yang akan
terjadi bukanlah hal yang bertentangan dengan kehendak Allah. “Yohanes pun
menurutinya” (Mat 3:15). Ini adalah dasar dari seluruh hidup, karya dan
pewartaan Yesus. Karenanya keempat penginjil memasukkannya sebagai bagian dari
tulisan mereka (Mrk 1:9-11, Luk 3:21-22, Yoh 1:32-34).
1.2. Teks Matius 3:13-17
3:13
Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis
olehnya. 3:14 Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: "Akulah yang perlu
dibaptis oleh-Mu, dan Engkau yang datang kepadaku?" 3:15 Lalu Yesus
menjawab, kata-Nya kepadanya: "Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah
sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah." Dan Yohanes pun
menuruti-Nya. 3:16 Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada
waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati
turun ke atas-Nya, 3:17 lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan:
"Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
1.3. Konteks Kisah
Penggambaran Lukas tentang identitas Yesus yang adalah
Putera Allah telah dimulai sejak pengisahan mengenai peristiwa Kelahiran Yesus
(Mat 1:18-25). Dalam kisah tersebut, identitas Yesus sebagai Anak Allah
digambarkan sebagai sesuatu yang telah melekat pada diri Yesus sejak Ia masih
berada dalam kandungan ibuNya.[1] Mengandungnya Maria oleh
Roh Kudus adalah dasar dari melekatnya identitas Anak Allah pada diri Yesus.
Roh Kudus adalah Roh Allah yang lewatnya kehidupan dapat diberi (Yes 40:7) juga
kebinasaan (Kej 1:2; Ydt 16:14). Stefan Leks secara khusus mengenai kata
“Kudus” mendefinisikannya sebagai sesuatu yang memiliki kedekatan relasional
dengan Allah. Sesuatu dikatakan kudus bilamana telah menjadi milik Allah,
dikonsekrasikan bagi Allah, serupa dengan Allah atau bilamana Roh Kudus ada
dalamnya. Karenanya kata kudus hendaknya tidak disamaartikan dengan
bersih/murni/suci.[2]
Peristiwa ini diperkuat lewat peristiwa-peristiwa
dimana terjadi sapaan Allah-Yesus dan Yesus-Allah dimana keduanya saling
memanggil dengan sebutan Bapa-Putera.[3] Penegasan-penegasan
tersebut lantas secara langsung memberikan gambaran utuh mengenai KeAllahan
Yesus, hal mana lewatnya Matius hendak memberi dasar bagi pentingnya isi dari
pewartaannya tentang Yesus. Dasar ini memberikan kepada kita suatu nilai
essensial dari Injil, yaitu sebagai penyatuan semua pengalaman Israel
dan telah digenapi dalam diri Yesus.[4]
1.4.
Kritik Teks
Kendati
pembahasaan teks kita tidak sama dengan yang dibahasakan oleh Markus dan Lukas,
Leon Morris menekankan bahwa hendaknya perbedaan yang disampaikan oleh Matius
dipandang sebagai cara Matius untuk membuat suara Allah terdengar relevan bagi
mereka yang ada di sekitar itu, karena bagaimanapun juga Markus dan Lukas
sepakat bahwa ini adalah suara Ilahi yang ditujukan kepada Yesus. Suara ini
menampilkan sebuah relasi antara Yesus dengan Allah yang tidak dimiliki oleh
seorangpun. Lewat perkenaan Allah ini, Allah menyatakan perkenaanNya kepada
Yesus untuk memulai karya dan
pelayananNya di hadapan umum.[5]
1.5. Struktur Teks
Ada 3 bagian besar dari perikop Luk 3:13-17.[6] Bagian pertama adalah
3:13, bagian kedua adalah 3:14-15 dan bagian ketiga adalah 3:16-17. Bagian
pertama berisikan informasi mengenai dua hal, yaitu (1) Yesus yang datang dari
Galilea: hal yang lewatnya kepada kita diinformasikan bahwa Yesus berasal dari sana
dan sebelum pembaptisanNya di sungai Yordan, ia sama sekali tidak dikenali oleh
umum dan (2) Tempat dimana Yesus dibaptis, adalah di sungai Yordan.[7] Dua informasi ini mau
menggambarkan lewatnya bahwa tujuan utama kedatangan Yesus ke sungai Yordan,
tempat dimana Yohanes Pembaptis berkarya adalah untuk dibaptis. Tak ada tujuan
lain selain Yesus datang kepada Yohanes dengan maksud menjalani baptisan yang
Yohanes lakukan.[8].
Hal mana lewatnya kita dimampukan untuk memahami alasan Yesus untuk bersikukuh
agar Ia dibaptis oleh Yohanes (ayat 15). Stefan Leks bahkan membahasakan
tindakan Yesus ini sebagai bukti nyata hadirnya Yesus di situ bukan sebagai
raja yang datang dengan kereta berapi, bukan juga sebagai penonton atas karya
Yohanes, melainkan sebagai orang biasa, bahkan pendosa. Sikap kerendahan hati
inilah yang membuat surga “bereaksi” dengan menyatakan secara jelas bahwa Yesus
adalah Putera Allah.[9]
Bagian kedua adalah mengenai percakapan antara Yesus
dengan Yohanes Pembaptis. Dialog ini diawali dengan protes Yohanes Pembaptis
kepada Yesus, sebagai bentuk pengakuan Yohanes Pembaptis akan kebesaran Yesus
yang melebihi dirinya. Ini bukan kali pertama Yohanes Pembaptis bersikap
demikian. Dalam Matius 3:11, dikisahkan di sana Yohanes Pembaptis menganggap
betapa kecilnya dirinya dan baptisan yang ia buat: “Aku membaptis kamu dengan
air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih
berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan
membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”. Protes yang dilayangkan
oleh Yohanes kepada Yesus disebabkan oleh permintaan Yesus yang bagi Yohanes
merupakan sebuah permintaan yang menjungkirbalikkan kenyataan, sehingga sungguh
ia merasa tidak layak untuk membaptis Yesus. Leon Morris membahasakan protes
Yohanes ini sebagai sikap kerendahan hati dan pengakuan atas keberdosaannya.[10] Protes Yohanes ini pun akhirnya dijawab oleh
Yesus dengan meminta dari Yohanes agar membiarkan hal ini terjadi.
Permintaan Yesus ini menunjukkan dua hal, yaitu:
Pembenaran Yesus terhadap rasa heran dan sikap merendahkan diri yang dibuat
oleh Yohanes, sekaligus juga permintaan Yesus dari Yohanes agar membiarkan hal
ini terjadi. Coggan menilai bahwa lewat permintaan Yesus ini, Yesus menunjukkan
bahwa tujuan kedatangan dan pelayananNya tidak akan pernah tergenapi kecuali Ia
mengidentikkan diriNya dengan mereka bagi siapa Ia datang untuk menyelamatkan.[11] Bagi Stefan leks, kata
“sepatutnya” yang dipakai oleh Yesus merupakan sesuatu yang bernada meriah. Lewatnya
Yesus ingin menyadarkan Yohanes bahwa apa yang sementara dialami oleh Yesus dan
Yohanes adalah sesuatu yang sesuai dengan kehendak Allah. Karenanya tak ada
yang dapat diperbuat oleh mereka selain menyesuaikan diri dengannya. Akhirnya
Yohanes Pembaptis pun menaati permintaan Yesus; Ia pun membaptis Yesus.[12]
Bagian ketiga adalah tindakan pembaptisan Yesus yang
dilaksanakan oleh Yesus dan teofani/epifani yang menyusulinya. Dalam bagian ini
penginjil Matius tidak menceritakan perihal bagaimana peristiwa baptisan itu
sendiri terjadi melainkan menitikberatkan perhatiannya pada peristiwa luar
biasa yang terjadi setelah baptisan selesai: segera sesudah Yesus keluar dari
air.[13] Stefan Leks memberi
keterangan di sini bahwa: “Dalam teks aslinya, sesudah kata-kata ‘segera keluar
dari air’, tertulis kata Lihatlah” (kata
ini dihilangkan oleh Terjemahan LAI)[14] Morris Leon juga setuju
mengenai hal ini.[15] Peristiwa “langit
terbuka” segera sesudah Yesus keluar dari air harus diakui sebagai sesuatu yang
sukar untuk dipahami maksudnya.[16] Alasan utamanya adalah
kesulitan untuk mengetahui secara pasti detail mengenai hal ini: Apakah ini
dialami hanya oleh Yesus sendiri sebagai pengalaman adikodrati ataukah dialami
oleh semua orang yang hadir di situ? Karenanya Leon dalam menjawab hal ini,
menekankan kemungkinan terbaik dari dikisahkannya hal ini adalah orientasi
penekanan Matius atas kisah ini yang mana sebagaimana telah dijelaskan di atas
bahwa penekanan utama dari kisah ini oleh Matius adalah terbukanya surga dan
manifestasi Roh Kudus yang kasat mata dalam wujud burung merpati atas Yesus
sebagai bentuk peneguhan bagiNya dalam memulai misi keselamatan.[17] Atas cara itulah
penitikberatan Matius atas hal tak terduga ini ditunjukkan secara jelas.
Satu peristiwa menarik lain yang terjadi pasca
pembaptisan Yesus, adalah terdengarnya suara dari surga[18] yang mengatakan "Inilah
Anak-Ku[19] yang Kukasihi,[20] kepada-Nyalah Aku
berkenan[21]”
(Mat 3:17). Ini adalah peristiwa dimana Allah sendirilah yang memaklumkan dan
membenarkan identitas Yesus sebagai PutraNya; sebuah kisah epifani yang mengandung dalamnya pernyataan pribadi Yesus sebagai
pribadi yang lewatnya penggenapan seluruh kebenaran/ rencana Allah terjadi. Hal
mana lewatnya hendak digambarkan pilihan Allah demi misi mendatang: Yesus
adalah persatuan masa lampau dan masa depan Israel yang tanpa cela.[22]
1.6.
Kata-kata Kunci Perikop Ini
Dari kisah dan struktur
di atas, kiranya ada beberapa kata yang menjadi inklusi dalam perikop ini.
Kata-kata tersebut, “dibaptis, berkenan dan Anak-Ku”.
1.6.1. Dibaptis
Kata
“baptis” muncul dalam Injil Matius dalam tiga buah konteks penulisan.
Konteks-konteks yang dimaksud, adalah pewartaan Yohanes Pembaptis tentang
pentingnya mengusahakan pertobatan dan memberikan diri dibaptis (Mat 3:1-12),
pembaptisan Yesus oleh Yohanes Pembaptis di sungai Yordan (Mat 3:13-17),
pertanyaan mengenai kuasa Yesus (Mat 21:23-27) dan perintah untuk memberitakan
Injil (Mat 28:16-20).
Kata
“baptis” sendiri berasal dari kata Yunani: baptisma / baptismos, dari kata
kerja ‘baptizô’yang berarti ‘membasahi, membenamkan di dalam’.[23] Sejak kemunculan Yohaes
Pembaptis, baptisan dimaknai sebagai undangan untuk bertobat sebagai pralangkah
menuju baptisan Mesias dalam Roh dan api (Mat 3:6-12, Mrk 1:4-8 Luk 3:3-18).[24] Khusus menggenai baptisan
Yesus di Sungari Yordan, Xavier mengartikan ini sebagai bukti keinginan Yesus
untuk setia kawan dengan orang-orang berdosa, yang dosa-dosanya ditanggung
secara pribadi.
Selanjutnya pemenuhan dan ketaatan para murid untuk
menjalankan perintah Yesus: ”Karena
itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama
Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang
telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa
sampai kepada akhir zaman" (Mat 28:19-20), baptisan kemudian dipandang
sebagai kegiatan yang khas dan berlandaskan pada perintah Kristus sendiri
sesudah kebangkitan dan kenaikanNya ke surga. Perintah Yesus ini memberikan
baptisan sebagai sebuah upacara arti baru, yaitu: tandapersekutuan orang-orang
beriman yang telah dipanggil untuk menghayati hidup Kristus sendiri.[25] Lewatnya setiap calon
baptis dihantar menuju sebuah hidup baru dalam Kristus karena semua
dosa-dosanya telah dibenamkan dalam wafat Kristus sendiri. Rasul Paulus
menyebut kondisi ini sebagai kondisi dimana setiap orang memulai hidup sebagai
ciptaan baru, karena demikianlah hidup dalam Kristus harusnya menjadi (2Kor
5:17).
1.6.2. Berkenan
Leon
Morris mendefenisikan Berkenan berarti “melihat hal itu baik adanya, memberikan
persetujuan” dan karena itu “senang, bersukacita karenanya”.[26] Pemahaman ini lantas
memberikan gambaran jelas bahwa maksud suara dari langit “kepada-Nyalah aku
berkenan” adalah sebuah penegasan atas persetujuan Allah pada Yesus untuk
memulai karyaNya di depan umum. Stefan Leks bahkan menspesifikkan hal ini
dengan menegaskan bahwa perkenaan Allah yang ditampilkan Matius disini
merupakan sebuah penggambaran atas pilihan Yesus demi misi pewartaan Injil dan
penebusan dosa umat manusia.[27] Itu berarti misi ini
adalah misi yang berasal dari Yesus sendiri, melainkan sebuah misi trinitaris;
hal mana terungkap dalamnya kesatuan Triniter antara Bapa, Putera dan Roh
Kudus. Karenanya jelaslah bahwa perikop ini menunjukkan juga ketertarikan
Markus atas dimensi Trinitarian dari pembaptisan Yesus.[28]
1.6.3. Anak-Ku
Dalam
Bahasa Yunani, kata “anak” merupakan sebuah frasa umum yang diperuntukkan bagi
anak laki-laki maupun anak perempuan.[29] Lewatnya terungkap sebuah
hubungan akrab dengan orang tua yang ditandai dengan adanya kemesraan dalam
relasi, sekaligus menuntut darinya sebuah ketaatan sebagai ciri khas yang
terkandung dalamnya. Dalam konteks Perjanjian Baru, kata “anak” umumnya
dihubungkan dengan “baptisan Yesus”.[30]
Pernyataan
surgawi “Anak-Ku” ini menjelaskan alasan Yesus yang senang menyatakan Dirinya
sebagai Anak, yaitu karena bagi Yesus, Allah adalah Bapa-Nya. Penyebutan ini
mau menggambarkan lewatnya dimensi kepercayaan Bapa kepada Yesus: Ia yang
kepadaNya dipercayakan segala sesuatu oleh Bapa. Pemahaman atas sudut pandang
ini membuat kita akhirnya dapat memahami bahwa pernyataan surgawi “Inilah
Anak-Ku yang terkasih” sebetulnya merupakan pernyataan yang tidak ditujukan
kepada Yesus, melainkan kepada dunia.
Inilah
nama yang diberikan Allah kepada Yesus. Nama yang lewatnya Allah sendiri
membenarkan identitas Yesus sebagai Putra-Nya.[31] Nama yang menegaskan
relasi khusus Allah Bapa dengan Yesus sebagai relasi yang tak dimiliki oleh
siapapun selain Allah Bapa dengan Yesus sendiri.[32] Karenanya Stefan Leks
menekankan pentingnya untuk menyadari bahwa pernyataan surgawi ini bukanlah
sebuah kisah panggilan ataupun munculnya kesadaran Yesus bahwa Ia adalah Putera
Allah, melainkan lebih-lebih sebuah kisah epifani
yang berisikan pembenaran surgawi atas identitas Yesus juga misinya untuk
menggenapkan seluruh kebenaran dan rencana Allah.[33]
1.7.
Sumber dan Redaksi Teks
Kisah
dibaptisnya Yesus di sungai Yordan tidak terdapat dalam Injil Matius saja,
melainkan ada juga dalam Injil Markus dan Lukas. Kendati demikian ada begitu
banyak perbedaan yang terdapat dalam ketiga Injil ini, sehingga sulitlah untuk
mengatakan bahwa Matius memakai sumber yang sama dengan yang dipakai oleh
Markus dan Lukas.[34] Leon Morris mengenai hal
tersebut menunjukkan beberapa contoh, misalnya: “Matius 3:14-15 yang
mengisahkan Usaha Yohanes mencegah Yesus dibaptis, tidak kita temukan di kedua
Injil Sinoptik yang lain dan ada pula perbedaan penting di ayat 16. Catatan
tentang suara dari sorga lebih mengandung kemiripan meski Matius mencatat “inilah”,
sementara kedua penulis lain mencatat “Engkaulah”.[35]
Berbeda
dengan Leon Morris, Willi Maarxen mengemukakan bahwa sebenarnya kisah
pembaptisan Yesus di sungai yordan, adalah sebuah tulisan yang mengikuti
kerangka pemikiran dari Markus. Hal ini diutarakannya dengan berkata bahwa: “…mulai
dari pasal 3 sampai seterusnya Matius pada dasarnya mengikuti kerangka Markus,
kecuali pada sejumlah peristiwa ketika urutan-urutannya dan pengelompokan
diubah.”[36]
Beberapa teks yang dapat dijadikan referensi mengenai hal ini, sebagaimana yang
diungkapkan oleh Maarxen, adalah sebagai berikut: Mrk 5:22-43 yang memiliki kesamaan dengan Mat 9:18-26, Mrk
6:14-29 yang memilki kesaman dengan Mat 14:1-12 dan Mrk 14:3-11 yang memiliki
kesamaan dengan Mat 26:6-16, Mat 5:13 yang sejajar dengan Mrk 9:50, Mat 5:15
yang memiliki kesejajaran dengan Mrk 4:21.[37]
Pendapat dari Maarxen ini kiranya senada dengan yang disampaikan oleh Stefan
Leks, dimana ia menyatakan bahwa sebenarnya dapat diketahui dengan cukup pasti
bahwa Matius dan Lukas sangatlah bergantung pada Injil Markus kendati keduanya
sama-sama menggunakan juga suatu sumber lain yang pada umumnya diberi nama
”sabda-sabda Yesus” (Logia Iesu).[38]
Karenanya guna memperjelas kemiripan yang dimaksud,
paralelisme dari kisah Matius dan Markus mengenai peristiwa pembaptisan Yesus
di sungai yordan akan ditampilkan dalam table berikut:
Matius
3:13-1 7
|
Unsur
- unsur kesamaan
|
Markus
1:9-11
|
3:13 Maka
datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya.
|
Asal kedatangan Yesus dan Pembaptisan yang
dilakukan oleh Yohanes kepadaNya di sungai Yordan.
|
1:9
Pada waktu itu datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis
di sungai Yordan oleh Yohanes
|
3:16
Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit
terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya
|
Turunnya Roh Kudus dalam rupa burung
merpati ke atas Yesus.
|
1:10 Pada saat
Ia keluar dari air, Ia melihat langit terkoyak, dan Roh seperti burung
merpati turun ke atas-Nya.
|
3:17
lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: "Inilah Anak-Ku yang
Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan."
|
Pernyataan tentang Identitas Yesus
|
1:11 Lalu
terdengarlah suara dari sorga: "Engkaulah Anak-Ku yang Kukasihi,
kepada-Mulah Aku berkenan."
|
Tabel ini menampilkan
dengan jelas bahwa sebenarnya dalam kisah pembaptisan Yesus di sungai yordan
oleh Yohanes Pembaptis, terdapat sebuah paralelisme antara dua kisah tersebut.
Paralelisme tersebut adalah sebuah paralelisme yang terkesan kuat karena menggunakan
kosa kata yang nyaris sama, plot dan kronologis kisah pun sama, kendati dalam
Matius, terdapat beberapa tambahan sebelum peristiwa pembaptisan dilaksanakan;
hal mana tidak ada dalam injil Markus. Tambahan yang dimaksud, adalah: “3:14
Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang perlu dibaptis oleh-Mu, dan
Engkau yang datang kepadaku?’ 3:15 Lalu Yesus menjawab, kata-Nya kepadanya: ‘Biarlah
hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh
kehendak Allah.’ Dan Yohanes pun menuruti-Nya.”
Jika persamaan dan perbedaan di atas ditelaah sambil
bercermin pada pengisahan peristiwa pembaptisan Yesus di sungai yordan oleh
Yohanes pembaptis sebagaimana yang dikisahkan oleh Lukas (Luk 3:21-22), kita
dapat melihat dengan jelas bahwa sebenarnya perbedaan yang ditampilkan dalam
Matius di atas, adalah milik Matius sendiri. Dengan demikian jelaslah apa yang
dikatakan Maarxen sebagaimana tertulis di atas, yaitu sebenarnya kerangka
tulisan dari Matius mengikuti kerangka tulisan Markus. Tambahan oleh Matius di
atas sebenarnya dimaksudkan oleh Matius untuk memperjelas konsep teologi
injilnya dimana Yesus adalah pusat dari injil Matius sendiri. Tentangnya F.D.
Coggan sebagaimana dikutip oleh Leon Morris menyatakan bahwa “Melalui ucapannya
ini (Mat 3:15) yang penuh arti ini, Yesus menunjukkan bahwa tujuan kedatangan
dan pelayananNya tidak akan pernah tergenapi kecuali Ia mengidentikkan diriNya
dengan mereka bagi siapa Ia datang untuk menyelamatkan.”[39] Sosok inilah yang ingin
diwartakan oleh Matius dalam injilnya: Putera Allah yang hadir menyapa semua
orang, penuh belas kasih, berkuasa dan penuh kelemah-lembutan, guru hebat yang
penuh kesabaran, rendah hati, miskin dan senantiasa berusaha untuk melaksanakan
kehendak BapaNya.[40]
1.8.
Bentuk Teks
Stefan Leks dalam pembagian susunan Injil
Matius, mengelompokkan perikop injil ini dalam bentuk narasi.[41] Menurut kamus besar
Bahasa Indonesia, Narasi merupakan pengisahan
suatu cerita atau kejadian; cerita atau deskripsi suatu kejadian atau
peristiwa.[42] Pengertian ini
menampilkan lewatnya substansi dari narasi yang adalah pengisahan kisah.
Pengisahan kisah yang dimaksudkan untuk menyampaikan kronologi terjadinya suatu
peristiwa ataupun mendeskripsikannya dengan maksud agar kisah yang
dideskripsikan ataupun dikisahkan dapat diketahui kenyataannya sebagaimana
adanya. Otentisitas kisah merupakan hal penting di sini, karena dari padanyalah
makna yang hendak ditekankan lewat kisah tersebut dapat sungguh diterima
sebagai sebuah kebenaran moral.
Kisah pembaptisan Yesus di sungai yordan
oleh Yohanes sebagaimana yang ditampilkan oleh Matius sebagai penulis injil,
adalah sebuah kisah yang lewatnya pokok teologi dari injil ini: Yesus hendak
disampaikan sebagaimana yang Matius maksudkan. Dimulai dengan datangnya Yesus
kepada Yohanes di sungai yordan untuk dibaptis, keteguhan kehendak Yesus untuk
dibaptis oleh Yohanes pembaptis sebagaimana yang dikehendaki Allah, hingga
turunnya Roh kudus dalam wujud burung merpati dan terdengarnya pemakluman
identitas Yesus oleh Allah lewat suara yang terdengar di langit, adalah cara
Matius untuk menyampaikan bahwa Allah yang ia ingin perkenalkan dan wartakan
adalah Allah yang sungguh agung. Allah yang hadir selalu bersama umatNya sampai
akhir zaman bersama dengan GerejaNya hingga waktunya Kerajaan Allah
dipermaklumkan.[43]
Atas cara demikian, pengisahan kisah ini
oleh Matius bukan tanpa arti. Matius mengisahkan kisah ini dengan maksud untuk
mengukuhkan idenya mengenai identitas sejati Yesus sebagai sungguh-sungguh
Allah juga sungguh-sungguh manusia. Ia yang datang menjadi sama dengan manusia
agar manusia dapat beroleh keselamatan dari padanya. Dengan demikian, narasi
ini bukanlah sebuah isapan jempol belaka. Lebih dari pada itu, narasi ini
merupakan cara Matius untuk memperjelas makna dari peristiwa historis dalam
sejarah keselamatan manusia.
1.9.
Pesan Teologis Kisah
Narasi
ini menampilkan Yesus sebagai pribadi yang sungguh Allah dan sungguh manusia. Kehadiran
Yesus di sungai yordan dan kerelaanya untuk dibaptis oleh Yohanes pembaptis,
adalah wujud nyata kerendahan hati Yesus juga ketaatanNya pada kehendak Bapa. Tujuan
utamanya datang ke sungai yordan, adalah untuk dibaptis oleh Yohanes pembaptis.
Tujuan ini harus dilaksanakan karena inilah yang Bapa kehendaki. Karenanya
kerendahan hati Yohanes pembaptis terhadap Yesus, bukanlah hal penting untuk
diperhatikan sekarang. Hal terpenting adalah persatuannya dengan Yesus untuk
menggenapkan kehendak Bapa lewat baptisan kepada Yesus.[44] Tentang ini, Morris Leon mengutip pendapat
Hills yang mengatakan bahwa “dengan menjalani baptisan Yohanes, Tuhan Yesus
mengakui bahwa standar kebenaran ini sah, baik bagi diriNya maupun bagi orang
lain, dan menegaskan bahwa Ia akan merealisasikan dan menggenapinya sebagai
kehendak Allah dalam kerajaan”.[45]
Lewatnya keseluruhan penjelasan di atas,
nampaklah jelas bahwa lewat peristiwa pembaptisanNya di sungai Yordan, Yesus ingin
menunjukkan solidaritasNya dengan manusia: mereka yang tujuan kedatangannya
dimaksudkan. Inilah yang mendorong manusia untuk semakin mengusahakan kedekatan
relasional denganNya, tinggal dalamNya, berjalan bersamaNya agar manusia boleh
beroleh hidup. Solidaritas yang lewatnya Yesus mengungkapkan persatuannya dengan
manusia; Ia mengidentikkan diriNya dengan manusia, agar lewat Dia dan dalam Dia
manusia dapat beroleh anugerah keselamatan, sebagaimana yang dikehendaki oleh
Allah.
Karenanya
ini adalah sebuah narasi keselamatan. Narasi yang dikisahkan oleh Matius dengan
maksud untuk menyadarkan manusia tentang betapa besarnya kasih Allah bagi
manusia, sehingga Ia mengutus PuteraNya yang terkasih. PuteraNya yang tak hanya
datang melawat tapi juga menjadi sama dengan manusia, semata agar manusia
beroleh hidup.
[1]
Leks, Stefan, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2007), Hlm. 21.
[2] Ibid, Hlm. 24.
[3] Mat
11:25, Mat 12:50, Mat 1513, Mat 16:17, Mat 18:10, Mat 18:19, Mat 18:35, Mat
20:23, Mat 25:34, Mat 26:29, Mat 26:39, Mat 26:42, Mat 26:53.
[4]
Morris, Leon, Injil Matius (Surabaya,
Penerbit Momentum, 2016), Hlm. 3.
[5] Leks,
Stefan, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2007), Hlm. 76.
[7] Sungai Yordan
sendiri dalam Bahasa Yunani disebut Iordanes.
Sungai ini terbentang antara Siria Utara
sampai Afrika bagian timur; panjang sungai dari sumbernya yang ada di
ketinggian 520m, ialah 220 km sampaibermuara di laut mati. Perjanjian Baru
membedakan antara “Daerah Yordan” dan “Daerah di Seberang Sungai Yordan”.
Maksudnya ialah daerah di sebelah kanan sungai (kini Trans Yordania), yang
selama masa lama berpenduduk orang-orang asing, bahkan orang-orang yang
bermusuhan dengan bangsa Israel. Lih. Xavier
Leon- Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru
(Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990), Hlm. 605.
[8]
Morris,
Leon, Injil Matius (Surabaya, Penerbit
Momentum, 2016), Hlm. 67.
[14] Leks, Stefan, Tafsir Injil Matius (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2007), Hlm.81.
[15] Morris Leon, Ibid, Hlm. 68.
[18] Surga terkadang
disebut sebagai Bath Qol (Putri dari
Suara). Ungkapan ini dipakai oleh para rabi untuk menunjuk gema dari suara
Ilahi di masa ketika inspirasi langsung berhenti. Namun yang terjadi di sini
bukanlah gema saja, tetapi suara Allah sendiri. Lih. Morris Leon, Ibid, Hlm.
71.
[19] Kata “Anak-Ku” di
sini harus dilihat sebagai suatu gelar mesianik sama seperti yang ditulis
Matius 2:15. Bagi Leks, gelar ini bersama dengan semua gelar Yesus yang lain:
Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham (Mat 1:1,16-17), Yesus (Yes 1:21),
Imanuel (Mat 1:23), Raja Yahudi (Mat 2:2), Anak-Ku (Mat 2:15), Orang Nazaret (Mat
2:23) mendapat kepenuhannya dalam peristiwa pembaptisan ini. Alasannya adalah
dalam peristiwa pembaptisan, Allah sendirilah yang membenarkan identitas Yesus
sebagai PuteraNya. Lih. Leks, Stefan,
Tafsir Injil Matius (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2007), Hlm.83.
[20] Menunjuk pada
rasa sayang besar Bapa kepada AnakNya. Lih.
Morris Leon, Ibid, Hlm. 71.
[21] Berkenan berarti
“melihat hal itu baik adanya, memberikan persetujuan” dan karena itu “senang,
bersukacita karenanya”. Ibid,.
[22] Leks, Stefan, Ibid,.
[23] Lih. Xavier Leon- Dufour, Ensiklopedi Perjanjian Baru (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1990),
Hlm. 157.
[24] Ibid,.
[25] Ibid,.
[26] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 71.
[27] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 84.
[29] Xavier Leon-Dufour,
Ibid, Hlm. 117..
[30] Ibid,. Hlm. 119.
[31] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 83.
[32]
Morris,
Leon, Ibid,. Hlm. 71.
[33] Ibid,.
[34] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 66.
[35] Ibid,.
[36] Marxsen, Willi, Pengantar Perjanjian
Baru: Pendekatan Kritis Terhadap Masalah -masalahnya, (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2006) cetakan
ke-7, Hlm. 175.
[37] Ibid,. Hlm. 184.
[38] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 19.
[39] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 69.
[40] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 17.
[41] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 19.
[42] Disadur dari: https://kbbi.web.id/narasi. Artikel ini diakses pada 18
Desember 2018, Pkl. 21.47 WIT.
[43] Leks, Stefan, Ibid,. Hlm. 17.
[44] Morris, Leon, Ibid,. Hlm. 68.
[45] Ibid,.
Shalom saudara seiman dalam Kristus dimana pun berada. Mari kita sama-sama belajar tentang Shema Yisrael yang pernah diucapkan oleh Yeshua ( nama Ibrani Yesus tertulis ישוע ) seperti yang dapat kita temukan dalam Markus 12 : 29 dan Ulangan/ דברים/ Devarim 6 : 4 sebagai berikut :
ReplyDeleteHuruf Ibrani, " שמע ישראל יהוה אלהינו יהוה אחד "
Pengucapannya dengan mengikuti aturan tata bahasa Ibrani, " Shema Yisrael YHWH ( Adonai ) Eloheinu YHWH ( Adonai ) ekhad "
Orang Yahudi pada jaman Yeshua hingga sekarang terus memegang teguh prinsip keesaan Tuhan YHWH ( Adonai ) yang tersirat dalam kalimat Shema. Pada akhir pengucapan diikuti juga dengan kalimat berkat sebagai berikut :
" ברוך שם כבוד מלכותו לעולם ועד " ( Barukh Shem, kevod malkuto le'olam va'ed, artinya diberkatilah nama yang mulia kerajaanNya untuk selamanya dan kekal )
🕎✡️🐟🤚🏻👁️📜🕯️🕍🤴🏻👑🗝️🛡️🗡️🏹⚖️⚓🗺️✝️🌫️☀️🌒⚡🌈🌌🔥💧🌊🌬️❄️🌱🌾🍇🍎🍏🌹🥛🍯🥖🍷🐏🐑🐐🐂🐎🦌🐪🐫🦁🦅🕊️🐍₪🇮🇱